Kalau kita ngomongin soal belajar di zaman sekarang, pasti nggak bisa lepas dari teknologi. Semua serba digital — dari tugas sekolah, sumber belajar, sampai ujian pun sudah banyak yang berbasis online. Tapi di balik kemudahan itu, muncul tantangan besar: menurunnya motivasi belajar siswa.
Banyak anak sekarang yang lebih tertarik scrolling TikTok atau main game online ketimbang membuka buku pelajaran. Padahal, kalau dipikir-pikir, teknologi itu bisa banget jadi alat bantu belajar yang keren, asal tahu cara menggunakannya dengan benar. Jadi sebenarnya bukan masalah teknologinya, tapi bagaimana kita membentuk motivasi belajar di tengah arus digital yang deras ini. https://ourbalischool.com/
Motivasi itu kayak bahan bakar. Tanpa motivasi, siswa bakal gampang malas, nggak fokus, dan susah berkembang. Dalam dunia pendidikan, motivasi jadi fondasi utama biar proses belajar berjalan efektif.
Ada dua jenis motivasi yang biasanya muncul:
Di era digital, kedua jenis motivasi ini sering kali tergerus karena distraksi dari gadget dan media sosial. Tapi bukan berarti nggak bisa ditumbuhkan lagi — malah bisa banget kalau pendekatannya pas.
Guru itu punya peran besar banget, bukan cuma sebagai pengajar tapi juga motivator di kelas.
Di zaman dulu, guru jadi satu-satunya sumber ilmu. Tapi sekarang, siswa bisa dapetin informasi dari mana aja. Maka dari itu, guru perlu ubah gaya mengajarnya jadi lebih interaktif, inspiratif, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Beberapa cara yang bisa dilakukan guru:
Dengan pendekatan kayak gini, siswa nggak cuma belajar karena “disuruh,” tapi karena mereka benar-benar pengen belajar.
Nggak bisa dipungkiri, rumah adalah tempat pertama anak belajar. Jadi, motivasi belajar juga harus dibangun dari lingkungan keluarga.
Kalau orang tua cuma fokus nyuruh anak belajar tanpa kasih contoh atau dukungan emosional, anak bisa ngerasa tertekan.
Hal-hal kecil seperti memberi pujian, menyediakan waktu untuk ngobrol soal sekolah, atau bahkan belajar bareng anak bisa ningkatin semangat mereka.
Selain itu, penting juga bagi orang tua untuk nggak selalu menyalahkan gadget, tapi bantu anak untuk mengatur waktu digital dengan sehat.
Misalnya, boleh main game atau nonton YouTube asal sudah selesai belajar dan tugas. Dengan begitu, anak belajar tanggung jawab dan bisa menyeimbangkan hiburan dengan kewajiban.
Teknologi sebenarnya bukan musuh pendidikan. Justru kalau digunakan dengan bijak, bisa jadi alat bantu belajar paling efektif.
Contohnya, ada banyak aplikasi pendidikan gratis yang bisa bantu siswa memahami pelajaran dengan cara seru dan visual.
Beberapa contoh platform belajar digital yang bisa dimanfaatkan:
Intinya, teknologi itu netral. Yang menentukan manfaatnya ya cara kita menggunakannya. Kalau guru dan orang tua bisa mengarahkan siswa untuk pakai teknologi secara positif, maka motivasi belajar akan meningkat karena mereka merasa belajar itu menyenangkan, bukan beban.
Biar siswa tetap semangat belajar di tengah godaan digital, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan, baik di sekolah maupun di rumah:
Siswa perlu tahu kenapa mereka belajar suatu hal. Misalnya, “Belajar matematika biar bisa masuk jurusan teknik impian,” atau “Belajar bahasa Inggris biar bisa nonton film tanpa subtitle.”
Tujuan yang konkret bikin mereka lebih punya arah dan semangat.
Jangan monoton! Kombinasi antara belajar lewat video, diskusi kelompok, dan praktik langsung bisa bikin proses belajar jadi lebih seru dan nggak membosankan.
Setiap usaha siswa layak diapresiasi. Nggak harus selalu nilai 100, tapi cukup dengan “Kamu udah berusaha bagus, tinggal sedikit lagi!” bisa bikin mereka lebih percaya diri.
Lingkungan yang tenang, rapi, dan bebas distraksi bakal bantu siswa fokus. Kadang motivasi belajar turun bukan karena malas, tapi karena suasana belajar yang nggak mendukung.
Bisa lewat permainan edukatif, tantangan mingguan, atau proyek kolaboratif. Saat belajar terasa seperti aktivitas seru, siswa nggak akan merasa terpaksa.
Selain strategi eksternal, hal penting lainnya adalah mindset siswa sendiri.
Kalau mereka punya pola pikir bahwa belajar itu proses, bukan hasil instan, maka semangat mereka akan lebih tahan lama.
Guru dan orang tua bisa bantu membentuk mindset ini dengan cara:
Dengan mindset seperti itu, siswa nggak akan mudah menyerah meski menghadapi kesulitan. Sebaliknya, mereka akan melihat tantangan sebagai kesempatan untuk berkembang.
Satu lagi hal penting di zaman sekarang adalah kemandirian belajar (self-learning).
Teknologi membuat siswa punya akses tak terbatas ke informasi. Jadi, alih-alih hanya mengandalkan guru, mereka juga bisa mencari tahu sendiri hal-hal yang ingin dipelajari.
Misalnya, kalau penasaran tentang luar angkasa, mereka bisa nonton dokumenter atau baca artikel sains online.
Kemampuan belajar mandiri ini bukan cuma meningkatkan motivasi, tapi juga menyiapkan mereka untuk dunia kerja dan kehidupan nyata yang menuntut adaptasi terus-menerus.