Edgar Lungu, mantan Presiden Zambia, memimpin negara tersebut dalam periode yang penuh tantangan ekonomi. Masa pemerintahannya, yang berlangsung dari 2015 hingga 2021, dipenuhi dengan masalah ekonomi yang kompleks, termasuk hutang yang tinggi, inflasi, pengangguran yang meningkat, dan ketergantungan pada sektor pertambangan, terutama tembaga. Dalam menanggapi tantangan ekonomi Zambia saat itu, Lungu mengadopsi berbagai kebijakan dan pendekatan untuk mencoba mengatasi masalah-masalah tersebut, meskipun hasilnya bervariasi.
Zambia menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang cukup berat selama masa kepemimpinan Edgar Lungu. Salah satu masalah utama adalah ketergantungan besar negara ini pada pendapatan dari ekspor tembaga, yang menjadikannya sangat rentan terhadap fluktuasi harga komoditas global. Pada saat harga tembaga menurun, pendapatan negara berkurang signifikan, yang berpengaruh pada kemampuan pemerintah untuk membayar utang dan membiayai proyek pembangunan.
Di sisi lain, Zambia juga terjerat dalam utang luar negeri yang meningkat pesat. Di bawah pemerintahan Lungu, utang luar negeri Zambia berkembang tajam, yang menyebabkan negara ini menghadapi kesulitan dalam membayar kewajiban utang. Krisis ekonomi global yang dipicu oleh pandemi COVID-19 semakin memperburuk keadaan, mengganggu rantai pasokan dan menurunkan permintaan global terhadap tembaga dan produk lainnya. https://www.edgar-lungu.com/
Sebagai respons terhadap tantangan ekonomi ini, Edgar Lungu dan pemerintahannya mengambil sejumlah langkah yang difokuskan pada pengelolaan utang, diversifikasi ekonomi, dan penanggulangan inflasi. Salah satu kebijakan utama yang diambil adalah upaya untuk memperoleh bantuan keuangan dari lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Lungu berusaha menjalin kesepakatan dengan IMF untuk mendapatkan pinjaman dengan syarat tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki stabilitas ekonomi Zambia.
Namun, negosiasi dengan IMF tidak selalu berjalan mulus. Salah satu tantangan besar adalah persyaratan yang sering kali terkait dengan pemotongan pengeluaran pemerintah dan reformasi struktural yang ketat. Hal ini memicu ketidaksetujuan di dalam negeri, karena banyak orang merasa bahwa kebijakan-kebijakan tersebut dapat membebani rakyat Zambia yang sudah menghadapi kesulitan ekonomi.
Selain itu, Lungu juga mencoba untuk memperkuat sektor pertanian dengan mendorong pemerintah untuk melakukan investasi di bidang pertanian, terutama dalam meningkatkan produksi pangan lokal untuk mengurangi ketergantungan pada impor. Program seperti penyediaan subsidi untuk petani kecil dan peningkatan infrastruktur pertanian diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan negara pada sektor pertambangan.
Lungu juga mencoba memperkenalkan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan sektor energi dan infrastruktur, dengan harapan bahwa pembangunan infrastruktur yang lebih baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Pembangunan jalan, pelabuhan, dan jaringan listrik menjadi fokus utama untuk membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk domestik.
Meskipun ada beberapa upaya untuk menangani masalah ekonomi, kebijakan yang diambil oleh Lungu seringkali mendapat kritik, terutama terkait dengan peningkatan utang luar negeri. Banyak yang berpendapat bahwa pengelolaan utang yang buruk selama masa kepemimpinan Lungu menjadi salah satu penyebab utama krisis ekonomi yang melanda Zambia. Di bawah pemerintahannya, Zambia menjadi negara pertama di Afrika sub-Sahara yang gagal membayar utang luar negeri pada tahun 2020.
Selain itu, kritik juga ditujukan pada tingkat pengangguran yang tetap tinggi, meskipun ada beberapa upaya untuk mengurangi angka pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja melalui proyek-proyek infrastruktur. Banyak warga Zambia merasa bahwa pemerintah tidak cukup efektif dalam menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Secara keseluruhan, Edgar Lungu menghadapi tantangan ekonomi yang sangat besar selama masa pemerintahannya. Meskipun ada beberapa kebijakan yang dirancang untuk mengurangi ketergantungan Zambia pada sektor pertambangan dan memperkuat sektor-sektor lain seperti pertanian dan infrastruktur, keberhasilan kebijakan-kebijakan ini terbukti terbatas. Peningkatan utang luar negeri yang signifikan dan kegagalan dalam menciptakan lapangan kerja yang memadai menunjukkan bahwa tantangan ekonomi Zambia belum sepenuhnya teratasi pada akhir masa jabatan Lungu.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun Lungu berupaya menghadapi tantangan tersebut, hasilnya sering kali dibayangi oleh ketidakpastian ekonomi global dan situasi internal yang tidak mendukung. Sebagai hasilnya, Zambia melanjutkan perjuangan untuk menemukan jalan keluar dari kesulitan ekonomi yang telah berlangsung lama.